Assalamullaikum Sobat Inspire
Dalam terminologi keislaman, pemimpin biasa juga disebut sebagai khalifah, amir atau sulthon (sultan), yang berperan sebagai pemimpin sekaligus pemelihara alam semesta, dan bukan hanya alam manusia (rahmatan lil alamin). Manusia mendapat kehormatan sebagai wakil Tuhan di muka bumi, yang atas dasar kehormatan itulah ia harus melindungi alam semesta, bukan sebaliknya malah merusak atau melakukan eksploitasi kekayaan di dalamnya. Bahkan, kerusakan-kerusakan di alam semesta yang diakibatkan oleh tangan-tangan manusia pada dasarnya hanya akan membuat manusia sendiri menderita.

Berkaitan dengan urgensi kepemimpinan, Islam dengan tegas menekankan pentingnya pemimpin, dan masyarakat Islam perlu punya pemimpin. Ajaran Islam juga menggarisbawahi pentingnya seorang Muslim untuk berusaha memiliki kemampuan memimpin, sebab dakwah amar maruf nahi munkar yang menjadi salah satu tugas yang diembannya paling efektif dilakukan melalui kekuasaan. Pemimpin yang baik mendapatkan penghargaan dan kedudukan yang tinggi di sisi Allah. Sebaliknya pemimpin yang tidak baik mendapat laknat dan kutukan dari Allah.
Sudahkah Negriku memiliki pemimpin yang demikian?
Yang tidak culas!
Tidak menyepelekan korupsi !
Menindak tegas orang-orang yang memakan hak orang lain!
Menepati janji!
Menegakkan hukum Allah!
Sudah kah??!
Rasulullah Saw menyampaikan pesan:
“Sesungguhnya kepemimpinan itu adalah suatu amanah, dan di hari kiamat akan mengakibatkan kerugian dan penyesalan kecuali mereka yang mengambilnya dengan cara yang baik serta dapat memenuhi kewajibannya sebagai pemimpin dengan baik” (HR Muslim).
Jika kita telaah kembali , mencoba melihat apa saja teguran Allah akhir-akhir ini terhadap bumi pertiwi apakah hati atau fikiran para pemimpin itu tidak tergerak ?
Apakah mereka tidak intropeksi? Adakah kesalahan fatal yang telah di buat para petinggi negri ini sehingga Allah murka dan menyentil dengan berbagai bencana yang ada ?
Apakah mereka sadar ?
Atau malah pemimpin kita saat ini adalah orang – orang yang fasik?
Umar Radiyallahu anhu menjelasakan bahwa kerusakan sistem pemerintahan dan dikuasainya berbagai urusan oleh orang-orang yang fasik merupakan sebab kehancuran pilar-pilar umat; dimana beliau mengatakan,” Suatu negeri akan hancur meskipun dia makmur.” Mereka berkata,” Bagaimana suatu negeri hancur sedangkan dia makmur?” Ia menjawab ,” Jika orang-orang yang penghianat menjadi petinggi dan harta dikuasai oleh orang-orang yang fasik.”
Bagaimana bisa seorang pemimpin yang baik membiarkan segala kemaksiatan di negri ini merajalela ? , apakah mereka tahu sebab akibat apa saja yang akan di tanggung oleh negri ini jika mereka membiarkan atau malah membantu menyebarkan kemaksiatan ?
ketaatan dan kemaksiatan juga berdampak dalam kehidupan ekonomi umat, dimana ketaatan akan menjadi sebab diperolehnya keberkahan dalamn segala sesuatu, sedangkan kemaksiatan berakibat tercerabutnya keberkahan dari segala sesuatu . Allah berfirman dalam QS al A’Raf : 96
“ jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan( ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya..”
Atau malah dari kitanya sendiri yang ingkar terhadap nikmat Allah ?
Sungguh dahsyat dosa mengingkari nikmat yang diberikan Allah, padahal segala hal yang ada dalam hidup kita merupakan karuniaNya, tapi kita justru menyatakan nikmat tersebut sebagai hasil dari kecerdasan kita sendiri, atau hasil dari usaha keras yang kita lakukan. Maka tak heran jika Allah menimpakan bencana pada orang-orang yang kufur nikmat seperti ini.
“Mereka mengetahui nikmat-nikmat Alloh, (tetapi) kemudian mereka meningkarinya dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir,” (QS. An Nahl: 83)
Dosa akibat kufur ini bisa mengakibatkan Allah menurunkan kelaparan dan ketakutan pada sebuah negeri:
“Dan Allah Telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; Karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat,” (QS. An-Nahl: 112)
Rasanya sudah seharusnya kita membenahi diri sendiri dan memperhatikan pemimpin manakah dan bagaimanakah untuk memimpin bumi pertiwi ini sehingga menjadikan negri ini kembali menjadi negri subur yang taat akan perintah Tuhannya lewat pemimpinnya.
Sehingga dapat diambil suatu kesimpulan bahwa prediket pemimpin yang disandang manusia itu merupakan suatu tugas dan amanah yang dititipkan allah kepadanya. Karena ia amanah allah, maka tentu melaksanakan atau menjalankan juga merupakan ibadah. Sebab, dalam konsep islam bahwa segala perintah dan larangan Tuhan jika dipatuhi adalah bernilai suatu pengabdian kepada sang khaliq. Jadi memimpin atau memegang suatu jabatan adalah ibadah.
Semoga dengan suatu saat nanti Allah kirimkan untuk kami seorang pemimpin yang memenuhi kriteria sebagai seorang khalifah, menjalankan hukum Allah sehingga mampu membawa kami (rakyatnya) kepada keindahan syurga kelak.
Oleh. Fathia Irhami










